Text
Bertahan di Ujung Pointe
Balet adalah keindahan. Melihat seorang ballerina menari, mata kita akan terbulai oleh perpaduan gerak gemulai sekaligus lincah menghentak. Lembutnya ayun tangan dan kuatnya pijak kaki, serta kelenturan otot sekaligus kekokohan tulang menjadi sentral tarian ini. Keindahan ini masih ditambah dengan kostum cantik, mimik nan apik, serta putaran kaki dalam posisi pointe yang akrobatik. Menguasai tarian ini bukan perkara mudah. Tak heran apabila tidak banyak orang Indonesia yang mampu menarikan balet dengan teknik yang benar serta penjiwaan yang pas. Lebih sedikit lagi yang bisa mencapai sebutan sebagai prima ballerina, sebagaimana Jetty Maika.
Jetty Maika adalah salah seorang balerina ternama di Indonesia. Murid almh. Nanny Lubis dari Namarina ini sudah malang melintang menjadi penari balet dan pengajar tari di tanah air. Berbagai panggung pementasan balet telah dijelajahinya sebagai penari utama maupun penata tari. Pengalamannya menimba ilmu tentang tari dan balet hingga ke manca negara sungguh membuka mata kita bahwa untuk bisa menari sepiawai itu dibutuhkan rasa cinta akan seni dan keindahan yang sangat besar; semangat tak kunjung padam; serta kemauan untuk bekerja keras.
Dalam menjalani pergulatan hidupnya Jetty juga tak serta merta jatuh cinta pada balet, sempat jenuh, serta pernah mempertanyakan tujuan hidupnya. Namun tak jarang Jetty yakin akan apa yang akan diraihnya melalui balet. Fokus serta cerdik menggunakan segenap daya, terutama saat segi keuangan tak lagi memadai untuk mendukung keinginannya untuk terus belajar balet, menjadi pijakan baginya untuk terus melaju.
Buku memoar seorang balerina ini akan membuka mata kita tentang perjuangan, kerja keras, dan jatuh bangun di dunia balet Indonesia, sekaligus juga suka cita, rasa bangga, dan kehidupan penuh berkat dan kebahagiaan yang menyertainya. Sebuah perjuangan yang sesungguhnya akan dialami oleh siapa pun yang telah menetapkan impian dan ingin meraihnya, apa pun yang terjadi.
Dilengkapi dengan foto-foto cantik dari pentas Jetty Maika, maupun foto-foto persembahan putrinya, Jemima Vaya, buku ini tampil secantik panggung balet dalam sebuah repertoar, sekaligus tangguh. Setangguh perjuangan para penarinya dalam mempersiapkan pertunjukan balet terbaik.
01517.1 | Pustaka Hang Tuah (Blok I) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain