novel
Every Boy's Got One (Semua Pria Pasti Punya)
Jane Harris akan menjadi bridesmaid bagi temannya, Holly, yang berencana kawin lari dengan Mark. Pernikahan rahasia ini akan dilakukan di Italia. Bagi Jane, ini adalah impian menjadi kenyataan karena dia belum pernah keluar negeri selama ini. Sialnya, Mark mengajak teman baiknya sejak kecil untuk menjadi bestman, Cal Langdon. Sejak awal pertemuan baik Jane maupun Cal sudah penuh dengan ketidakcocokan. Jane seorang kartunis yang populer dengan karyanya, Wondercat, sedangkan Cal adalah penulis buku serius dan mantan korespondon luar negeri. Mulai dari di airport, di kursi pesawat, hingga sepanjang perjalanan di Italia. Padahal Holly dan Mark berencana menjodohkan mereka berdua.
Antipati Jane terhadap Cal bertambah lagi mendengar pengakuan Cal bahwa dia tidak percaya akan pernikahan dan berniat menghindarkan Mark melakukan kebodohan tersebut. Jane pun berupaya mati-matian menghalangi tujuan Cal. Apalagi baik keluarga Holly maupun Mark, tidak setuju dengan pernikahan ini sebenarnya. Bila mengetahui bestman-nya juga tidak setuju, Jane berpikir temannya pasti sangat hancur dan bisa-bisa menunda pernikahannya.
Jadi mereka seperti main kucing-kucingan, dan berharap calon pengantinnya tidak tahu. Tokoh-tokoh sekitarnya pun menarik, mulai dari Graziella, teman kencan Cal yang cantik jelita dan pemilik galeri, penjaga villa Le Marche, hingga Peter, cucu lelaki penjaga villa yang ternyata pengagum berat kartun karya Jane. Ketika akhirnya terjadi halangan pernikahan yang benar-benar besar, dan calon pengantin tidak dapat diandalkan, mereka berdua terpaksa bekerjasama untuk mengatasinya. Sekaligus belajar mengenal satu-sama lain dan menyadari ketertarikan yang terjadi sebenarnya.
Sangat menarik dan lucu membaca satu kejadian dari kacamata dua pihak yang berlawanan. Kepolosan Jane di satu sisi, namun dia juga penuh dengan prasangka-prasangkanya sendiri. Kerumitan Cal akibat perjalanan hidupnya yang sulit, namun ternyata dia tidak se-'parah' yang disangka semula. Dihiasi berbagai percakapan atau silat lidah yang tajam namun lucu, meskipun dalam bentuk cerita ulang.
Penulisan dalam bentuk email-email, catatan harian dalam buku maupun PDA, antara para tokoh memang bukan 'barang baru', dan Meg Cabot sudah melakukannya beberapa kali pula dalam buku-bukunya, namun gayanya yang ringan, lucu, alur cerita yang hangat, dan 'twist' dari ending yang menarik membuat buku ini menjadi salah satu chicklit favorit saya. Akhir bahagia adalah keharusan untuk suatu chicklit nampaknya, tapi Meg Cabot berhasil menjadikannya menarik tanpa berkesan 'itu-itu saja'. Sejak membuka halaman pertama, saya tidak dapat meninggalkan buku ini hingga halaman akhir. Setelahnya pun saya masih suka membuka-buka lagi, membaca sambil tersenyum dan tertawa sendiri.
0313.1 | 813 MEG e | Pustaka Hang Nadim (Blok I) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain