Text
Merjan Merjan Jiwa
"Apakah kak Riza tau isi hatiku?"
Detak jantung Riza meningkat.
"Aku tidak berani menebak." Riza menggeleng. Mita memandang Riza nyaris tanpa kedip. Bibirnya gemetar menahan emosi. Ketika mencurahkan isi hatinya dengan perlahan, terdengarjelas tiap kosa katanya.
"Aku sayang sama kak Riza. Aku mencintaimu kak..."
Pernyataan itu bergema ditelinga Riza. Pemuda itu terdiam. Bingung. Meski sudah diduga, ternyata mengejutka juga.
apakah ia harus menyesali anugerah Allah? Apakah demikian juga yang dirasakan Baginda Nabi Yusuf?
"Sangat jauh perumpamaan ini ya Allah, tak akan sebanding barang sebutir pasir. Ini hanya pandangan orang bodoh saja yang menganggap diri hamba menarik di mata mereka. Bagaimanapun hamba tak akan mampu menghadapi fitnah. Hamba telah melakukan kesalahan atas ujian yang Kau berikan. Iman hamba tak ada seujung kuku dari para pemberi telada yang Kau turunkan ke bumi. Ampunilah hamba..."
Tak ada yang benar-benar putih dan transparan , demikian juga yang hanya sepekat hitam kelam. Manusia cendrung memiliki sifat abu-abu dengan komposisi yang dibentuk oleh lingkungan dan pilihan-pilihan yang diambilnya.
Kececelakaan yang terjadi menjelang subuh disekitar jalan antara puncak dan Casurua adalah sebuah fragmon yang tercatat dalam rencana Tuhan. Mengapa harus Choiriza yang menjadi saksi pada awal kejadian, tentu akan bertalian dengan garis tangannya di masa depan. Seperti apa kiranya? selalu saja ada tabir demi tabir yang harus disingkap dengan menjalaninya.
0340.1 | 813 KUR m | Pustaka Hang Nadim (Blok I) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain