Text
728 Hari (Ibu Jembatanmu Menuju Surga)
Sepertinya ini kali pertama saya membaca kisah Odapus (Orang dengan penyakit Lupus). Sebelumnya saya hanya sekadar tahu kalau penyakit lupus berhubungan dengan antibodi, tapi jujur saja baru melalui buku ini saya tahu betapa berat perjuangan seorang odapus.
Novel ini mengisahkan tentang Eva yang sakit sakitan saat SD. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia terserang penyakit Lupus. Prediksi ini makin kuat saat ia menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang saat kelas 3 SMP. Semenjak itu hari-hari Eva makin penuh dengan obat obatan. Dokter mengatakan usia Eva mungkin tinggal 2 tahun, 728 hari. Hitung mundur pun dimulai.
Penderita lupus memiliki banyak pantangan, tidak boleh kecapekan, tidak boleh terpapar sinar matahari, serta harus peka terhadap isyarat penyakit yang dirasakan. Lupus menyerang imunitas penderita, antibodi yang seharusnya melindungi tubuh malah membabat habis organ-organ tubuh. Eva berkali-kali dirawat inap di rumah sakit selama SMA. Ia bahkan sempat tinggal kelas. 728 hari terlewati, tetapi Eva tahu bonus harinya tetap saja berupa hitung mundur.
Sementara itu, Eva juga merasakan jatuh cinta seperti remaja pada umumnya. Seorang lelaki bernama Ryan menjadi cinta pertamanya. Sayangnya, penyakit Eva membuat masalah cinta menjadi tak semudah anak muda lainnya. Apalagi setelah orang tua Ryan tahu kalau Eva menderita Lupus. Hidup Eva yang jatuh bangun ternyata tak menyurutkan perjuangannya. Ia bahkan aktif mendukung dan menyemangati odapus lainnya.
Buku ini membuat saya kagum dengan sosok Eva yang begitu nrimo dengan penyakitnya. Meski cara bercerita novel ini terkadang kaku, tapi tetap saja menarik saya untuk terus menyelesaikan kisahnya. Jika selama ini saya memang lebih sering membaca cerita para survivor kanker, buku ini memberikan pengetahuan lain tentang lupus dan penderitanya. Saya bersemangat menantikan akhir yang bahagia, meski toh tidak semua kehidupan memiliki happy ending.
Sosok Eva juga dikisahkan dengan manusiawi, penuh dengan semangat tetapi ada juga momen-momen ketika ia jatuh rapuh dan tertatih menghadapi penyakitnya. Ini tak urung membuat saya menitikkan air mata haru saat menutup lembar terakhir kisahnya. Saya juga kagum terhadap ketegaran sang Mama yang terus mendukung dan membantu Eva sejak kecil. Sang Mama begitu perhatian dan penuh cinta merawat anaknya meskipun harus pontang panting mengurus banyak hal termasuk perihal ekonomi keluarga mereka.
Dengan diterbitkannya buku ini, saya berharap semoga kelak para odapus mendapat sorot perhatian dari pemerintah serta masyarakat lebih peduli dengan penderitanya. Ada banyak hal yang kadang lupa kita syukuri saat bahagia, salah satunya kesehatan dan keluarga yang menyayangi kita. Bersyukurlah jika kita masih memilikinya.
0613.1 | 813 DJO 7 | Pustaka Hang Kesturi (Blok I) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain