Text
Balada Becak
Miskin, tersisih, dan terpinggirkan adalah tiga kata yang selalu menjadi perhatian Yusuf Bilyarta Mangunwijaya (1929-1999). Hampir sepanjang hidupnya, rohaniwan yang budayawan ini menenggelamkan diri untuk menghibur, membantu, dan menjadi teman bagi yang tersisih dan terpinggirkan. Begitu pula dalam novela ini, karya sastra yang pertama kali dibukukan pada tahun 1985. Balada Becak adalah tentang mereka yang ada di pinggiran. Dan kehidupan mereka sangat penuh warna, ceria, dengan sindiran halus ke sanubari pembacanya.
“Tidak dalam buai sedan atau puisi janji intan kita ingin hanyut ganja impian. Kau dan aku wajarlah sederhana di becak yang tua, ‘tau sehat saja bersepeda, yang menambahkan waktu rukun. ‘ntuk mendayung maju. Kau lalu sering berteori: Hidup bagaikan ladang duri … Namun aku menyanggah tertawa: Lihat daun pagi dan berlian embun. Peganglah tangan, jangan takut. Kita berpadu dan meyakinkan diri: Kita tak sendiri.”
01567.1 | 813 MAN b | Pustaka Hang Tuah (Blok I) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain