Saat Kamu Tidak Mencintaiku Lagi saat kamu tidak mencintaiku lagi daun-daun kehilangan hijaunya angin kehilangan desirnya laut lupa pada asinnya dan puisiku ditinggalkan aksaranya
Semua kisah ini terangkai menjadi sebuah buku dengan kolaborasi secangkir kopi kerinduan.
Relungmu adalah tempat merenung. Tempat menjeda jiwa dan pikiran agar kembali mampu merasa. Relungmu adalah taman merenung. Sesekali perlu diisi oleh cinta dan hidup. Agar dunia tidak menjemukan.
Kerabat Dekat Sesat sesaat itu nikmat Nikmat sesaat itu sesat Sesat dan nikmat memang kerabat dekat Lupa Tiba-tiba aku ingat seseorang Nama dan wajahnya begitu gamblang Tapi aku kok lupa ya apa jenis kelaminnya Herry Gendut Janarto ternyata bisa menulis puisi. Dan itu puisi humor! Dia bisa menulis riwayat hidup para tokoh dan menulis puisi. Saya suka puisinya yang berj…
Puisi-puisi di sini temanya hampir seragam. Kerinduan, ketakmampuan untuk memiliki, kehilangan, dan lalu merindu lagi. Beberapa diksi juga berulang. Namun demikian, aku sukaa nuansanya. Rasa sepi-sepi yang menggelayut dalam baris-baris. Kesengsaraan pahit di tiap bait.
Tuhanku Kususun 99-ku agar sampai pada 0 dan kulahirkan kembali 1-ku sampai 99-ku yang baru. Tuhanku Kususun 99 napasku untuk meniru-Mu mendekati watak-Mu dan menjadi hati-Mu. Ini ^hanya^ suatu sembahyang, tak lebih dan tak kurang. Sepenuh-penuhnya kutumpahkan kepada Allah Swt., langsung kepada-Nya maupun melewati engkau dan semua saudara kiita. Suatu sembahyang sederhana; usaha untuk merebut d…
Buku ini sangat bermanfaat sekali bagi kita semua terutama para pelajar. Dengan adanya buku ini, diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi penyair-penyair baru untuk dapat menciptakan karya-karya seperti yang telah diciptakan dari para pendahulunya. Selain itu, agar dapat dipahami dan dikenal luas bagi anak-anak kita yang masih membutuhkan ilmu-ilmu yang telah diciptakan para penyair. Isin…
Munajat SMANDUTA adalah antologi puisi berisi curhatan 39 orang penulis antargenerasi SMAN 2 Tambang dalam menjalani hari-hari selama stay at home di masa pandemi covid-19, menuangkan kata-kata teruntai puitis, sarat makna, dan imajinasi yang bercampur luapan emosi mengharu biru